Senin, 04 Oktober 2010

Curug Cimahi, Monyet Bulu Abu, dan Colenak..........

Aliran sungai dari kaki gunung Tangkuban Parahu itu terus mengalir ke selatan, mengikuti jejak aliran lahar letusan gunung Sunda Purba. Mengikuti alur yang berkelok-kelok, sesekali menjatuhkan diri dari tebing-tebing curam membentuk sebuah curug (air terjun).
Ada banyak sekali curug di Kota Bandung, tersebar di hampir semua wilayah barat dan timur kota. Letusan gunung Sunda Purba memang menjadikan Bandung sebagai suatu kawasan yang indah dan eksotis, jejak aliran lahar dan lava membekas membentuk keindahan alam yang tiada duanya.
Adalah Curug Cimahi, sebuah curug yang berada di jalur sungai atau Kali Cimahi.
Terletak di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Kira-kira sekitar 2 jam perjalanan dari pusat Kota Bandung, dari arah terminal Ledeng sendiri dapat ditempuh selama 45 menitan. Salah satu objek wisata yang masih menjadi primadona di kawasan Bandung Utara, tinggi curug yang mencapai 85 meter, dengan debit air yang lumayan besar meskipun pada musim kemarau, menjadikan objek wisata Curug Cimahi tidak pernah sepi pengunjung. Meskipun tidak jarang orang yang datang tidak masuk ke area Curug, dan hanya menikmati pemandangan curug dari arah jalan tepat diatas lokasi curug. Kawasan Wana Wisata Curug Cimahi sendiri sejak tahun 1978 dikelola oleh Perum Perhutani KPH Bandung Utara, kini meskipun di hulu air sungai Kali Cimahi sudah dibagi empat, air masih mengalir dengan besarnya.
Lokasi yang strategis, karena tepat di kawasan terminal Cisarua, akan memudahkan kita untuk menemukannya. Dari arah Stasiun Kota Bandung anda bisa langsung naik angkutan St.Hall-Lembang, dan turun di terminal Ledeng, untuk kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan angkutan Lembang-Cisarua, dan tepat berhenti di lokasi Curug. Waktu tempuh total maksimal adalah 2,5 jam perjalanan, dengan biaya transportasi sekitar Rp. 8.000,-. Dalam perjalanan menuju Lembang pemandangan alam memang akan menemani perjalanan anda, memasuki kawasan Cisarua pemandangan akan semakin memanjakan anda. Turunan yang tajam dan menikung akan anda temui dengan tebing-tebing dan pebukitan di kanan kiri perjalanan anda. Tanjakan dengan sudut kemiringan sekitar 600 akan memicu adrenalin anda, setelah anda melewati kawasan wana wisata Alam Sejuk.
Dari Terminal Kebon Kalapa, anda dapat menggunakan angkutan umum jurusan Kb. Kalapa-Ledeng, untuk kemudian berhenti tepat di terminal Ledeng. Dengan tarif angkutan sebesar Rp. 5,000,-. Waktu tempuh sekitar 1 jam, agak lama memang... di terminal Ledeng, anda dapat berjalan sedikit menuju Jalan Sersan Bajuri, disana terdapat angkot jurusan Ledeng-Parongpong. Perjalanan menuju Parongpong akan jauh lebih asri, melewati kios-kios bunga Cihideung yang sudah terkenal dengan variasi bunga dan tanaman yang beragam. Pemandangan Gunung Burangrang dan Tangkuban Parahu akan terlihat jelas dalam perjalanan ini. Sesampainya di Terminal Parongpong anda cukup membayar ongkos angkot sebesar Rp. 4.000,-. Dan tinggal meneruskan perjalanan dengan angkutan Lembang-Cisarua, kemudian turun di terminal Cisarua dan membayar ongkos sebesar Rp.1.000,- saja.
Tepat di terminal Cisarua, anda bisa mengisi perut anda sejenak, atau sekedar membeli bekal minuman. Karena di lokasi sekitar Loket banyak sekali berdiri warung-warung, baik itu warung nasi maupun warung kelontong. Bagi yang membawa kendaraan pribadi, tempat parkir yang juga terminal dapat anda manfaatkan, di hari libur area parkir pindah ke lapangan sepak bola, keamanan terjamin namun tetap untuk mengunci dan menggunakan pengaman kendaraan anda. Pengelolaan parkir yang swadaya pada hari sabtu minggu menjadikan pengawasan parkir menjadi efektif karena banyaknya petugas penjaga. Tarif parkir sendiri Rp. 1.000,-. Untuk semua jenis kendaraan bermotor, khusus di hari libur parkir mobil bisa mencapai Rp.2000,-. Ya... cukup murah, lagipula hasilnya untuk swadaya pembangunan masyarakat.
Memasuki kawasan wana wisata Curug Cimahi anda harus membeli karcis Rp. 3000,- (biaya tersebut sudah termasuk membayar asuransi Rp. 250,-)............. di pintu masuk anda akan disambut ramah oleh sekawanan monyet yang menunggu tawaran makanan dari tangan anda, jangan khawatir karena monyet-monyet tersebut jinak. Makanan kesukaan mereka adalah pisang dan jeruk, biasanya terdapat penjual pisang dan jeruk di kawasan parkir. Yang menarik dari monyet-monyet tersebut adalah monyet berbulu abu, yang ekornya berwarna abu-abu. Diperkirakan masih ada sekitar 100 ekor monyet, itu pun belum termasuk monyet-monyet yang sedang dalam masa hamil. Habitat yang masih terjaga baik menjadikan populasi monyet terjaga jumlahnya.
Perjalanan kali ini akan mendebarkan anda, jarak tempuh sekitar 500 meter kebawah, sebanyak 520 anak tangga. Namun jangan khawatir, lebar jalan cukup untuk sekitar 5 orang berderet. Pengaman di sisi masih terjaga, di setiap tikungan terdapat tempat peristirahatan dan warung kecil yang menyediakan tempat untuk beristirahat dan minum-minum sejenak. Jalan sendiri relatif aman, yang harus menjadi perhatian adalah ketika anda berwisata di musim hujan, karena keamanan menjadi hal yang rentan, walaupun belum pernah terjadi hal-hal yang tidak diinginkan apalagi sampai terjadi kecelakaan serius termasuk meninggal karena terjatuh. Sendal yang digunakan sebaiknya sendal dengan permukaan bawah yang keras dan kaku, sehingga tidak licin ketika anda berjalan. Adapun sepatu yang dipakai, sebaiknya sesuai dengan kriteria sepatu kets, khusus trekking. Di sela-sela perjalanan turun, anda bisa menikmati kawasan curug secara keseluruhan, bentangan tebing yang curam dan berlumut, dengan pantulan cahaya matahari cocok dijadikan background untuk berfoto. Memasuki tangga terakhir jalanan semakin menyempit, jalanan semakin licin karena resapan air tanah keluar dari sela-sela bebatuan dinding tangga.
Di dalam kawasan curug terdapat 5 warung yang menyediakan makanan dan minuman, ada mie goreng, baso, jagung bakar dan colenak (makanan khas Tatar Pasundan yang dibuat dari tape). Air jernih yang mengalir, tebing yang tinggi, anugerah Tuhan Yang Maha Indah. Fasilitas lain yang disediakan adalah mushola dan kamar kecil (toilet) dengan persediaan air bersih yang tidak pernah berkurang.... tepat di bawah air terjun (curug) anda bisa bermain air, berenang dan melakukan permainan air dengan leluasa, luas kolam yang besar menjadikan anda leluasa bermain-main dengan air. Dinginnya air yang turun, membuat tubuh anda kembali segar dan menghilangkan stress yang anda bawa dari kota. Bagi yang takut basah dapat menikmati keindahan curug dari kejauhan, disekitaran warung-warung yang menyediakan tempat istirahat yang berarsitektur bambu.
“Sebelumnya saya sudah berulang kali berlibur ke Bandung, mengunjungi kawasan kota dan daerah Lembang. Tetapi belum pernah saya mengunjungi Curug Cimahi. Tempat ini saya tahu dari internet, di internet pemandangannya bagus, hal ini memang terbukti. Curug Cimahi spektakuler, tingginya menjulang, meskipun ini perjalanan pertama saya mengunjungi tempat ini, saya berniat mengunjunginya di lain waktu.” Tutur Maria, 38 th, Tangerang, yang berlibur dengan suami dan kedua anaknya di hari pertama puasa.
“Dari pertama kali beroperasi tahun 1978, tempat ini tidak pernah sepi pengunjung, walaupun di Bulan Ramadhan seperti sekarang ini. Namun sayang aliran sungainya tidak sebesar dulu karena sudah dibagi empat bagian di daerah hulu.” Jelas Pa Juhana, 45 th, petugas loket.


Tips :
Hal pertama yang harus diperhatikan adalah jam operasi Curug Cimahi yang mulai buka pada pukul 07.30 dan tutup pada pukul 17.30 WIB.
Sebaiknya jangan pernah melupakan pocket kamera dalam setiap perjalanan anda, pakaian ganti secukupnya dan lengkapilah diri anda dengan pakaian yang nyaman dan menggunakan sandal atau sepatu yang cocok. Bagi yang menggunakan sarana transportasi umum hendaknya memperhatikan jam operasi angkutan umum yang rata-rata beroperasi sampai pukul lima sore.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar