Jumat, 01 Oktober 2010

Cibuni, Surga Yang Tersembunyi..

Konon, saat Pemerintahan Kolonial Belanda masih menduduki Nusantara. Tatar Priangan merupakan idaman para pelancong, karena keindahan alam dan keramahan penduduknya.
Keindahan alam Tatar Priangan masih menjadi incaran turis asing dan turis local hingga sekarang. Ada banyak tempat yang dijadikan ajang untuk mengembalikan mood dan menghilangkan penat selama bekerja di perkotaan. Sebut saja kawasan Bandung Utara, Tangkuban Parahu, Sukawana, Maribaya, hingga ke Cibodas. Begitu halnya dengan daerah Bandung Selatan, Ciwidey dan Pangalengan, merupakan kawasan wisata yang wajib hukumnya untuk dikunjungi para wisatawan.
Berbicara mengenai Bandung Selatan memang tak kan pernah lepas dari eksotisme Kawah Putih, sebuah Kawah Di kawasan Gunung Patuha. Kawah yang pada awalnya merupakan daerah terlarang, akhirnya diketemukan juga oleh seorang Belanda.
Gunung Patuha sebagai Gunung yang masih aktif, memberikan banyak mukjizat. Sebut saja Pemandian Air Panas Cimanggu, Ciwalini, serta Kawah Saat di Puncaknya. Aliran air belerang yang panas, dipercaya dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit kulit, asma, rematik, dan sakit persendian.
Sebenarnya masih ada banyak kawah di daerah Bandung Selatan, baik itu di Pangalengan maupun di Ciwidey. Rata-rata kawahnya hanya mengeluarkan uap panas dengan skala kecil, kemudian disebut dengan Kawah Saat (Kering) seperti yang terdapat di Puncak Gunung Patuha.
Bila kita hendak mencari-cari keberadaan kawah saat tersebut, melanconglah ke daerah Rancabali (daerah Situ Patengan). Perjalanan yang akan dilalui pun tidak kalah menarik, karena kalau anda beruntung monyet-monyet dan lutung akan menyambut anda disepanjang jalan.
Tepat sebelum wilayah Rancasuni, dengan panorama hutan dan perkebunan the yang mempesona, tersembunyilah kawah eksotis yang dilupakan banyak orang. Anda memang tidak akan menemukan sesuatu yang special, sampai anda berhenti dan bertanya kepada penduduk sekitar mengenai kawah Cibuni.
Dari arah Ciwidey, Kawah Cibuni berada di sisi kiri jalan, kira-kira 15 menit dari Situ Patengan. Sekarang di sekitar daerah itu terdapat sebuah papan penunjuk bertuliskan “Kawah Rengganis”.
Dari pinggir jalan, anda harus turun dan berjalan kaki menuju kawasan Cibuni, kecuali anda mengendarai motor. Jalanan yang menanjak curam, kemudian melalui jalanan hutan dengan kondisi jalan yang masih alami (batu koral). Setelah mengikuti jalan dengan lebar 2 meter, anda akan terhenti di sebuah perkampungan. Perkampungan Kawah Cibuni atau Kampung Kawah, yang dalam bahasa Indonesia berarti tersembunyi.
Disanalah letak Kawah Cibuni, sebuah kawah aktif yang menghasilkan uap panas dan air belerang panas. Kawasannya masih sangat alami, karena belum nampak ada pengelolaan dari pihak yang profesional. Tidak ada papan penunjuk kawasan, maupun fasilitas tempat wisata.
Di tempat ini terdapat 5 rumah, dengan 7 kepala keluarga. Dimana aliran listrik bagi rumah mereka dihasilkan dari 4 buah turbin yang memanfaatkan sungai. Fasilitas ibadah berupa Mushola berjumlah 2, termasuk WC Umum, dan warung kelontong yang menyajikan jajanan ala kadarnya. Mata pencaharian penduduk adalah petani huma (palawija) serta berkebun di lahan tidur.
Tempat ini ramai dikunjungi warga sekitar setelah Lebaran dan Tahun Baru, beberapa orang yang punya penyakit pun tidak jarang dating dan menginap di rumah-rumah warga atau di Mushola. Tidak adanya pengelola menjadikan tempat ini kumuh, tidak terawatt dengan sampah-sampah yang bertebaran di mana-mana. Padahal dari tempat ini menuju Kawah Putih dan Kawah Saat (Patuha) hanya menghabiskan waktu jalan sekitar 3 jam saja.
Konon, menurut Maman (Rancasuni), “dahulu sempat ada pengelola yang mengurusi tempat ini namun kemudian tidak berlanjut. Keberadaan kawah sudah dijadikan tujuan wisata sejak zaman Belanda, hal ini seiring dengan dijadikannya kawasan sekitar kawah sebagai Kawasan Perkebunan Rancabali”.
Sebagai tambahan, Maman menceritakan kalau pembuka kawasan kawah Cibuni adalah Jakalalana. Hingga sekarang makamnya merupakan salah satu tujuan warga yang ingin berziarah. Disamping makam Jakalalana, di hilir kawah juga terdapat makam warga penduduk Cibuni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar