Senin, 04 Oktober 2010

Radja Ali Haji


Sekitar tahun 1900-1902 Haji Hasan Mustapa, yang ketika itu menjabat Penghulu Besar di Bandung, mencoba memesona Umat Islam melalui karya-karya sastranya yang indah. Beliau mencoba memotret sisi lain dari Islam, melalui bentuk guguritan. Islam dan Sunda, dua hal itulah yang senantiasa ada dipikirannya.
Pada tempat yang berbeda, beberapa tahun sebelumnya, tersebutlah seorang nama dari daratan nun jauh di Melayu. Raja Ali Haji, demikianlah nama seorang Pujangga Islam tersebut, Si Gurindam 12.
Tengku Haji Ali al-Haji bin Tengku Haji ahmad bin Raja Haji As-Syahidu fi Sabilillah bin Upu Daeng Celak, begitulah kiranya nama lengkap beliau. Dilahirkan di Pulau Penyengat, sekitar 20 menit menggunakan speed boat dari Tanjungpinang Kepulauan Riau. Ketika itu Pulau Penyengat bernama Pulau Penyengat Indera Sakti, merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Riau Lingga, Johor dan Pahang.
Raja Ali Haji dilahirkan pada 1808 M, beliau merupakan putra dari pasangan Raja Ahmad (Raja Riau) dan Encik Hamidah binti Panglima Selangor. Beliau memiliki enam saudara, yaitu : Raja Muhammad Said, Raja Haji Daud, Raja Abdul Hamid, Raja Usman, Raja Haji Umar dan Raja Haji Abdullah.
Sejak usia 12 tahun, beliau telah membantu ayahnya dalam bidang tulis menulis. Pada usia belia pulalah beliau bersama ayahnya menunaikan ibadah haji. Kesempatan tersebut dimanfaatkan untuk memperdalam ilmu agama dan tinggal beberapa lama di Mekah.
Pergaulannya yang luas, termasuk dengan penjajah Belanda, tidak disia-siakannya. Beliau semakin giat memperdalam ilmu agama dan budaya melayu. Beberapa karyanya menjadi sebuah masterpiece yang mahadahsyat kala itu, Pulau Penyengat yang kala itu sudah memiliki perusahaan percetakan secara tidak langsung mempermudah penyebaran karya Raja Ali Haji. Pengetahuannya yang luas mengenai bahasa dan agama menjadikannya seorang panutan di seantero Melayu.
Pada tahun 1875 kitab tata bahasa Melayu baru disusun oleh Raja Ali berdasarkan nahu Arab aliran Sibawaih. Dimaksudkan untuk menjaga kemurnian bahasa, kesantunan dalam penuturannya. Beliau pulalah orang pertama yang menyusun kamus monolingual Bahasa Melayu di negeri ini. Bahasa yang kemudian hari menjadi bahasa ibu negara kita.
Beberapa karya hasil buah tangan Raja Ali Haji yang pernah diterbitkan :
  1. Gurindam 12 (ditulis 1847, terbit 1853)
  2. Bustanu’l – Katibin (ditulis 1857, terbit 1857)
  3. Mukaddimah fi intizam waza’if Haji al-malik (ditulis 1857, terbit 1887)
  4. Samratu I-muhimmati (Thamarat al-Muhammad) (ditulis 1857, terbit 1886)
  5. Kitab Pengetahuan Bahasa (ditulis 1859, terbit 1986)
  6. Silsilah Melayu dan Bugis (ditulis 1865, terbit 1911)
  7. Tuhfat al Nafis (ditulis 1865, terbit 1932)
  8. Syair Kitab/ hukum al-nikah (Syair suluh pegawai) (ditulis 1866, terbit 1889)
  9. Syair Siti Sianah/ Jawharat al-maknunah (ditulis 1866, terbit 1923)
  10. Syair sinar gemala mestika alam (ditulis -, terbit 1893)
  11. Syair hukum faraid (ditulis -, terbit 1993)
  12. Nasihat
  13. Syair Abdul Muluk


Sumber Bacaan :
Sinaga, Martha. Apa Yang Ku Beri ?. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Indonesia (P3II). Jakarta. 2006.

Berikut ini beberapa petikan dari Syair Gurindam 12 karya Raja Ali Haji.

Pasal 1
Barangsiapa tiada memegang agama
Sekali-kali tiada boleh dibilang nama

Barangsiapa mengenal yang empat
Maka itulah orang yang makrifat

Barangsiapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan tuhan yang bahari

Barangsiapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terperdaya

Barangsiapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat

Pasal 4
Hati itu kerajaan di dalam tubuh
Jikalau zalim segala anggota pun rubuh

Apabila dengki sudah bertanah
Datang daripadanya beberapa anak apah

Mengumpat dan memuji hendaklah pikir
Disitulah banyak orang yang tergelincir

Pekerjaan marah jangan dibela
Nanti hilang akal di kepala

Jika sedikit pun berbuat bohong
Boleh diumpamakan mulutnya itu pekung

Tanda orang yang amat celaka
Aib dirinya tiada ia sangat

Bakhil jangan diberi singgah
Itulah perompak yang amat gagah

Barangsiapa yang sudah besar
Janganlah kelakuannya membuat kasar

Barangsiapa perkataan kotor
Mulutnya itu umpama ketor

Dimanakah salah diri
Jika tiada orang lain yang berperi

Pekerjaan takbur jangan direpih
Sebelum mati didapat juga sepih

Pasal 12
Raja mufakat dengan menteri
Seperti kebun berpagar duri

Betul hati kepada raja
Tanda jadi seberang kerja

Hukum adil atas rakyat
Tanda raja beroleh inayat

Kasihkan orang yang berilmu
Tanda rahmat atas dirimu

Hormat akan orang pandai
Tanda mengenal kasa dan cindai

Ingatkan dirinya mati
Itulah asal berbuat bakti

Akhirat itu terlalu nyata
Kepada hati yang tidak buta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar